Oleh : Febri
Agus Kurniawan
Pendidikan :
biologi
( Mahasiswa
Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Metro)
Npm : 10321316
Abstrak
Pendidikan
pada masa kini adalah sesuatu yang berharga. Pendidikan yang terbaik mestilah
datang dari pendidik atau guru yang yang terbaik. Namun, kurangnya penghayatan
seseorang guru terhadap Falsafah Pendidikan Kebangsaan menyebabkan sesuatu
pembelajaran itu tidak dapat disampaikan dengan baik di mana ilmu yang
disampaikan itu tidak dapat diberi secara menyeluruh dan bersepadu untuk
mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi
dan jasmani berdasarkan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK). Ini turut
mempengaruhi prestasi kerja seseorang guru itu kerana hasil pelajar yang
dididik adalah penentu aras kepada prestasi kerja seseorang guru itu. Ini
kerana apabila anak didiknya itu tidak terdidik secara menyeluruh, maka ilmu
yang disampaikan itu gagal diterima oleh pelajarnya menyebabkan pelajar
tersebut tidak seimbang diantara akademik, emosi, fizikal serta moralnya dan
gagal mematuhi kehendak FPK. Oleh disebabkan demikian, guru-guru yang kurang
memahami FPK haruslah diberi perhatian. Pelbagai tindakan boleh diambil seperti
mengadakan kursus serta penyeliaan berkala.
Katakunci : Menciptakan Prestasi Peserta didik
dan Prestasi Kerja
Membangun
Karakter Guru Yang Dicintai Anak-Anak
Sikap seorang guru terhadap muridnya merupakan bagian
penting dalam menunjang keberhasilan mendidik murid-muridnya. Seringkali
guru bertanya apakah saya menjadi guru yang baik? Bagaimana menjadi guru yang
baik?
Guru bukanlah sekadar pekerjaan, tetapi sebuah
profesi. Namun pada kenyataannya tak jarang kita menemukan guru yang
tidak sesuai dengan profesinya sebagai guru. Sering di media massa
diberitakan sikap guru yang tidak wajar terhadap muridnya bahkan cenderung
sadis. Memang dilema seorang guru yang di sisi lain harus tetap
menunjukkan sikap profesional, tegas dan berwibawa, namun juga diharapkan sikap
guru lembut, telaten dan sabar.
Definisi guru yang baik selalu diuji para
administrator pendidikan, pemerintah atau pakar pendidikan. Masyarakat
dalam hal ini orang tua bahkan media juga memiliki harapan-harapan mereka
masing-masing. Akan tetapi, jarang anak-anak sebagai penerima layanan
pendidikan, ditanya apa pendapat mereka mengenai hal ini. Pada
kenyataannya, anak-anak merupakan alasan munculnya profesi guru dan melalui
mereka pulalah profesi ini mendapat nilai yang berharga.
Menjadi guru adalah sebuah seni. Menjadi guru
yang baik itu melibatkan panggilan, kemampuan intelektual dan penguasaan
materi, karakter, talenta dan kemampuan berkomunikasi. Namun dari semua
itu, yang terpenting adalah karakter.
Seorang guru bisa diibaratkan sebagai seorang
gembala. Ia tak hanya sekadar mengenal nama murid-muridnya saja, namun
lebih dari itu guru mengenal kepribadian dan latar belakang mereka dengan
sangat baik. Dengan demikian guru yang baik berarti sangat menyadari
perbedaan antar anak-anak, beragamnya cara mereka belajar, dan paham metode
dalam menghadapi perbedaan itu untuk mendorong siswa mampu belajar.
Anak-anak yang belajar dengan guru semacam itu tentu saja tidak perlu
lagi mengeluarkan uang tambahan untuk mengikuti les sepulang sekolah.
Tak hanya itu, selayaknya seorang gembala, guru
bertanggung jawab penuh untuk menjaga merawat murid-muridnya. Mereka memiliki
kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, namun juga tegas, tidak otoriter
serta luwes dalam perilaku. Pusat perhatian mereka bukanlah pada buku
teks atau kurikulum, tetapi pada anak! Bagaikan domba-domba yang mempercayakan
diri kepada gembalanya, murid-murid akan merasa diterima dan makin percaya
kepada gurunya. Hubungan yang dekat antara guru dan murid akan
menghasilkan sikap hormat, sayang dan terbuka. Murid tidak ragu untuk
bertanya serta mencurahkan isi hati tanpa sungkan dan takut.
Dalam membangun karakter guru yang dicintai anak-anak,
kita hanya bisa belajar dari teladan Guru Agung, yaitu Tuhan Yesus sendiri.
Tuhan Yesus tak hanya menganggap murid-muridNya sebagai naradidik semata.
Namun lebih dari itu, Yesus menganggap murid-muridNya sebagai sahabatNya yang
memahami pribadi masing-masing muridNya dengan sangat baik.
Cara Mendidik Anak Yang Baik dan Positif
Tidakkah Anda akan merasa lebih
baik ketika orang yang otoritasnya lebih tinggi dari Anda, misal, orangtua atau
bos bisa berbicara dengan nada yang nyaman? Tidakkah Anda akan merasa lebih
bisa menerima ajaran atau masukan dari guru atau orang yang lebih tua dari Anda
jika hal itu disampaikan dengan nada yang kalem? Begitu pun yang dirasa oleh
anak Anda mengenai sikap orangtuanya. Dr. Adriana S. Ginanjar, Koordinator
Klinik Terpadu Fakultas Psikolog Universitas Indonesia mengatakan, bahwa sikap
positive parenting, bisa membantu menerapkan disiplin efektif dan interaksi
menyenangkan antara orangtua dan anak.
Dalam presentasinya di Rumah Belajar Persada, Jatibening, beberapa waktu lalu, dr. Adriana menyampaikan bahwa positive parenting, yakni pola pengasuhan anak yang menekankan pada sikap positif. Menurutnya, positive parenting bisa dilakukan dengan membantu anak merasa bangga atas dirinya dengan menunjukkan sikap positif dan penuh kasih sayang. Tak lupa pula untuk memberi perhatian lebih saat anak mengikuti aturan, memberi bantuan, dan menunjukkan afeksi. Sementara dalam pembentukan disiplin, orangtua mengajarkannya dengan konsisten dengan konsekuensi yang jelas.
Dalam presentasinya di Rumah Belajar Persada, Jatibening, beberapa waktu lalu, dr. Adriana menyampaikan bahwa positive parenting, yakni pola pengasuhan anak yang menekankan pada sikap positif. Menurutnya, positive parenting bisa dilakukan dengan membantu anak merasa bangga atas dirinya dengan menunjukkan sikap positif dan penuh kasih sayang. Tak lupa pula untuk memberi perhatian lebih saat anak mengikuti aturan, memberi bantuan, dan menunjukkan afeksi. Sementara dalam pembentukan disiplin, orangtua mengajarkannya dengan konsisten dengan konsekuensi yang jelas.
Langkah-langkah yang bisa
dilakukan oleh orangtua untuk mengasuh anak dengan cara positive parenting
menurut dr. Adriana adalah:
1. Mengenali
Perkembangan Anak
Kenali kemampuan anak, baik
kemampuan kognitif, keterampilan fisik, perkembangan emosi, caranya
berinteraksi dengan orang lain, juga masalah-masalah khusus yang dihadapinya.
2. Meluangkan Waktu Berkualitas
Orangtua sebaiknya mau membuka
diri untuk mengetahui dunia si kecil. Agar bisa mencoba melihat dunia dari
kacamatanya. Cara yang bisa Anda lakukan adalah dengan menyediakan waktu khusus
bagi anak, memberikan perhatian penuh saat meluangkan waktu berkualitas
tersebut, isi dengan kegiatan menyenangkan, dan dilakukan dengan rutin. Dr.
Adriana menyarankan untuk menciptakan waktu khusus sebelum tidur dengan
membacakan dongeng sebelum tidur bagi anak yang masih balita. Atau bagi anak
yang sudah remaja, cobalah sesekali membaca buku yang ia sedang baca, misal
chicklit atau novel.
3. Memberi Dukungan dan Pujian
3. Memberi Dukungan dan Pujian
Tak hanya orang dewasa yang
butuh diberikan pujian dan dukungan. Anak-anak pun seperti itu. Mereka butuh
afirmasi dan apresiasi, terlebih dari orang yang mereka anggap penting. Dr.
Adriana juga menekankan, saat akan memberikan pujian, pastikan tujuannya tepat
dan spesifik. Kenali pula karakter anak, hal ini sangat penting, pada
saat ingin menyampaikan pujian pada anak pun amat perlu untuk menyesuaikan cara
Anda dengan karakternya. Ada anak yang suka dipuji langsung, tapi tidak di
hadapan banyak orang, dan sebaliknya. Dukungan dan pujian merupakan cara untuk
mengarahkan tapi tidak memaksa anak, plus merupakan cara untuk memberikan
semangat agar bangkit kembali ketika ia sedang terjatuh.
4. Menjadi Model yang Baik
Bagaimana ia bisa percaya atas
apa perkataan dan nasihat orangtuanya jika Anda tidak melakukan sendiri apa
yang diperintahkan kepadanya? Ketika Anda ingin anak bisa berlaku sesuai yang
diinginkan, sebaiknya Anda tidak hanya bicara tetapi mencontohkan dengan
tingkah laku. Cobalah untuk membuka diri dan tidak "jaim" kepada
anak, agar ia terbiasa untuk berdiskusi dan bertanya dengan Anda. Dengan memberi
contoh yang baik, Anda juga sekaligus mendorongnya untuk menjadi anak teladan.
5. Memberikan Konsekuensi Logis
Dr. Adriana menyarankan agar
Anda tidak terlalu mengekang anak. Ketika Anda sudah memberitahukan konsekuensi
dari tindakan-tindakan tertentu dan ia tetap melakukan tindakan tersebut,
asalkan masih dalam batas yang aman, biarkan ia merasakan konsekuensi tersebut.
Kadang hal ini diperlukan untuk meredam rasa penasaran si kecil. Pastikan
sangsi atau konsekuensi tersebut masih dalam batasan logis dan bisa dimengerti
oleh si anak. Ini akan membantu si kecil belajar bertingkah laku. Cara ini
tergolong cukup efektif.
6. Fokus Pada Tingkah Laku
Positif
Jangan hanya melarang. Berikan
pujian atau reward atas tindakan-tindakan positif yang baik dari si kecil. Saat
akan memberikan reward, pastikan dalam bentuk yang tepat dan benar-benar
disukai si kecil. Mencoba tawar-menawar dengan si kecil untuk melakukan sesuatu
yang ia suka dengan tindakan yang Anda tahu sulit untuk ia lakukan akan menjadi
motivasi baginya. Namun, jangan sampai untuk segala hal harus diberikan
iming-iming. Abaikan tingkah laku negatif dari anak yang memancing konflik
berulang.
7. Bersikap Tegas
Terapkan aturan secara
konsisten. Tegurlah anak jika ia berbuat salah dan itu merupakan hal aturan
yang sudah disepakati. Jangan lupa untuk bersikap adil pada semua anggota
keluarga.
8. Tanamkan Nilai-nilai
Ajarkan nilai-nilai penting
dalam kehidupan, seperti sopan santun, tolong-menolong, berbagi, saling
mengasihi, dan toleransi. Caranya? Berikan contoh konkret dengan menjadi model.
Cara lainnya bisa juga dengan pergi menjalankan ritual agama bersama keluarga.
9. Lakukan Diskusi dan Negosiasi
Diskusi dan negosiasi adalah hal
yang wajar dilakukan. Saat seperti ini, penting untuk menghargai pendapat anak
dan fleksibel dalam menerapkan aturan. Dengarkan pendapat si anak dan mencoba
mencari pemecahan permasalahan bersama. Ajar anak untuk bekerja sama dan
menghargai pendapat orang lain. Untuk anak yang sudah besar, bicarakan
konsekuensi jika ada negosiasi seputar aturan.
10. Ciptakan Komunikasi Efektif
Yang namanya komunikasi efektif
dengan lawan bicara, butuh kesepakatan. Dalam hubungan personal, tentu
komunikasi akan lebih efektif jika terjadi dalam dua arah. Selain Anda harus
bisa menyampaikan pesan dengan jelas dan berharap ia bisa mengerti, Anda juga
harus bisa mendengarkan dengan hati. Mendengarkan dengan hati adalah berusaha
menangkap apa yang dirasakan oleh si anak, dengan tidak emosi, fokus dan
konsentrasi kepadanya, tidak terbagi dengan hal-hal lain.
11. Disiplin Jelas &
Konsisten
Ketika membuat aturan di dalam
keluarga, pastikan aturannya cukup jelas dan fleksibel, juga terdapat
kesepakatan di antara keluarga. Jika orangtua ada ketidaksepakatan, pastikan
tidak bertengkar di depan anak. Jika ada konsekuensi, beritahukan dan sepakai
sejak awal. Hal-hal semacam ini akan membantu mendorong anak untuk mandiri.
Dr. Adriana menyimpulkan, dalam hal aturan, jika disampaikan dengan jelas dan sudah disepakati bersama, lalu dijalankan dengan konsisten, akan menjadi hal yang positif.(Kompas.com)Ketika mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal yang dibutuhkan dua hal utama yaitu: (1) Pengetahuan dan keahlian profesional; (2) komitmen dan motivasi.
Pengetahuan dan Keahlian Professional
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan
keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki
strategi pengejaran yang baik dab didukung oleh metode penetapan tujuan,
perencanaan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi,
berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari berbagai
latar belakang kultural. Mereka juga mengetahui cara menggunakan teknologi yang
tepat guna di dalam kelas. Berikut adalah masing-masing penjelasan dari
beberapa kriteria di atas.
1. Penguasaan materi pelajaran
Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan
memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi tidak hanya mencakup
fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan dasar
pengorganisasian materi, mengkaitkan berbagai gagasan, cara berpikir dan
berargumentasi.
2. Strategi Pengajaran
Dalam hal ini bagaimana guru dapat membuat pengajaran
materi dapat dikuasai oleh murid. Pada pendidikan model lama (tradisional)
terlalu menekankan murid harus duduk diam, menjadi pendengar pasif dan menyuruh
murid untuk menghafal informasi yang relevan dan tidak relevan. Kemudian
berganti pada prinsip konstruktivisme, yaitu menekankan agar murid secara aktif
menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahamannya. Namun tidak semua ahli
setuju dengan cara di atas, tetapi yang terpenting adalah walaupun anda menggunakan
salah satu strategi di atas, masih banyak hal yang harus diketahui, hal-hal
yang memberikan pengaruh dalam pengajaran yang efektif.
3. Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan
instruksional
Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas, entah
dia menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivisme di atas. Mereka
juga harus menentukan tujuan pembelajaran dan menyusun rencana untuk mencapai
tujuan itu.
4. Keahlian manajemen kelas
Aspek penting lainnya untuk menjadi guru yang efektif
adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke
tugas-tugas. Guru yang efektif dapat mempertahankan lingkungan belajar yang
kondusif.
5. Keahlian motivasional
Guru yang efektif mempunyai strategi yang baik untuk
memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang efektif tahu bahwa murid akan
termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru
yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam
untuk proyek mereka sendiri.
6. Keahlian komunikasi
Hal yang perlu diperlukan untuk mengajar adalah
keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal,
memahami komunikasi non verbal dari murid, dan memapu memecahkan konflik secara
konstruktif.
7. Bekerja secara efektif dengan murid dari berbagai
kultur yang berbeda
Guru yang efektif harus mengetahui dan memahami anak
dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap
kebutuhan mereka. Mendorong murid satu dengan murid yang lain untuk berhubungan
positif.
8. Keahlian teknologi
Guru yang efektif tahu cara menggunakan komputer dan
cara mengajar murid menggunakan komputer untuk menulis dan berkreasi. Teknologi
itu sendiri tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar murid perlu kesesuaian
antara kurikulum dengan teknologi yang sesuai dalam pengajaran.
Komitmen dan Motivasi
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen
dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid.
Komitmen sangat dibutuhkan dalam pengajaran, bagaimana guru memberikan tenaga
dan pikiran untuk memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh murid dengan
baik. Guru yang efektif juga mempunyai kepercayaan diri terhadap kemampuan
mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.
Guru adalah profesi yang sangat mulia. Karena gurulah
yang membuat seseorang bisa menjadi presiden, jadi politisi, jadi profesor,
jadi pengusaha dan lain-lain. Terlebih lagi guru SD, sungguh sangat besar
jasanya bagi kita semua. Tanpa beliau, tidak sedikit orang yang buta huruf dan
kehilangan etika. Karena, guru SD lah yang mengajari kita membaca dan menulis
serta bernyanyi (sebelum ada Taman Kanak-Kanak). Kemudian, guru SD juga yang
mengenalkan kita budi pekerti luhur, sopan santun, dan saling menyayangi
sesama. Seperti lagu yang pernah saya dapatkan ketika SD ”Hormati gurumu
sayangi teman, itulah tandanya kau murid budiman.”
Begitu mulianya tugas seorang guru. Mengajari anak
orang supaya bisa membaca dan menulis serta memperoleh ilmu pengetahuan,
kemudian mendidik anak orang supaya menjadi manusia yang baik dan bermanfaat
untuk orang banyak. Dengan demikian, sungguh berat sebenarnya tugas seorang
guru. Guru mengajar dan mendidik siswa dalam rangka mencetak generasi penerus
bangsa yang berkualitas, berakhlak mulia, serta mampu melakukan
perubahan-perubahan di tengah masyarakat . Bisa dikatakan bahwa gurulah tolak
ukur keberhasilan dunia pendidikan di negri ini. Di tangan gurulah masa depan
generasi muda ini ditentukan. Oleh karena itu, sebagai guru kita mesti berhati-hati
dalam menjalankan tugas mulia ini. Jika kita salah dalam mendidik mereka, maka
akan salah pula nanti produk pendidikan yang dihasilkan. Ingat, bahwa yang kita
cetak ini manusia. Jadi, butuh kerja keras dan kesabaran ekstra. Lain halnya
dengan mencetak kue. Ketika kita ingin membuat kue bolu, tinggal siapkan bahan,
diadon, masukkan ke cetakan, trus di masak. Selesai. Jadilah kue bolunya.
Sangat gampang. Namun, meskipun demikian, kita pun perlu hati-hati dalam
membuatnya. Karena, jika salah dalam mengadon bahannya, bisa jadi kue kita jadi
bantat dan jika ga dikontrol apinya, bisa jadi kue kita gosong.
Nah, dalam pendidikan, yang akan kita cetak itu adalah
manusia. Bukan tepung terigu dan telur yang tidak pernah protes meskipun kita
campur aduk dengan bahan apapun. Kalau yang kita cetak adalah makhluk hidup,
kita harus lebih banyak belajar dan terus meningkatkan ketrampilan dalam
mencetaknya. Agar output yang dihasilkan juga sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam pendidikan, output yang kita harapakan tentunya adalah siswa yang bukan hanya baik saja, tetapi juga harus benar. Oleh karena itu, guru sebagai pencetaknya, juga harus melakukan pengajaran dan pendidikan dengan cara yang baik dan benar. Ingat, baik saja belum cukup. Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Mengajar adalah sesuatu yang baik, tetapi belum tentu kita mengajar dengan cara yang benar. Oleh karena itu, baik dan benar harus menjadi satu kesatuan yang utuh, yang berjalan bersama-sama dan tidak ada yang boleh tertinggal.
So, bagaimana supaya kita bisa menjadi guru yang baik dan benar??
Menurut saya, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh setiap guru, diantaranya :
Dalam pendidikan, output yang kita harapakan tentunya adalah siswa yang bukan hanya baik saja, tetapi juga harus benar. Oleh karena itu, guru sebagai pencetaknya, juga harus melakukan pengajaran dan pendidikan dengan cara yang baik dan benar. Ingat, baik saja belum cukup. Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Mengajar adalah sesuatu yang baik, tetapi belum tentu kita mengajar dengan cara yang benar. Oleh karena itu, baik dan benar harus menjadi satu kesatuan yang utuh, yang berjalan bersama-sama dan tidak ada yang boleh tertinggal.
So, bagaimana supaya kita bisa menjadi guru yang baik dan benar??
Menurut saya, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh setiap guru, diantaranya :
1. Meluruskan niat menjadi guru.
Banyak kita-kita, menjadi guru hanya sekedar pelarian saja. Karena tidak dapat pekerjaan lain, karena kebutuhan PNS guru lebih besar dibandingkan dengan PNS lainnya, dan karena banyak hal yang lain. Jika begini, maka kita tidak akan pernah memiliki target dan visi yang jelas ketika menjadi guru. Mungkin cenderung hanya berorientasi pada materi semata, bukan keberhasilan pendidikannya. Oleh karena itu, sebelum menjalani profesi sebagai guru atau yang sudah menjadi guru, marilah sama-sama kita meluruskan niat lagi, kenapa kita menjadi guru? Hanya sekedar mencari nafkah atau memang benar-benar ingin mengabdikan diri di dunia pendidikan agar dapat mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas?
2. Memiliki akhlak yang mulia
Istilah ”guru”, sering kita kenal dengan ”digugu dan ditiru”. Nah, ini berarti bahwa guru merupakan suri tauladan bagi murid-muridnya. Segala gerak-gerik, perkataan, dan tingkah laku guru sedikit banyaknya akan dicontoh oleh murid-muridnya. Oleh karena itu, kita mesti mencontohkan akhlak yang mulia bagi murid-murid kita. Agar mereka juga bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia.
So, hindarilah sifat-sifat tercela seperti membenci, marah yang berlebihan, mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor, mencaci maki murid, dendam terhadap murid, dan berlaku tidak sopan terhadap murid. Hargailah murid terlebih dahulu sebelum kita minta murid untuk mengahargai kita. Sayangilah murid, sebagaimana kita sayang pada anak kita sendiri. Jika kita tidak mampu untuk menampilkan ahlak yang mulia, maka kecil harapan kita bisa mencetak siswa yang berakhlak mulia. Bukankah akhlak itu sangat penting dalam proses pendidikan manusia?
3. Senantiasa belajar untuk menjadi pribadi yang lebih
baik
Jika sekarang kita sudah baik, berusahalah terus untuk menjadi lebih baik dihari-hari berikutnya. Jika kita belum baik, maka perbaiki diri kita mulai sekarang dan terus ditingkatkan untuk hari-hari berikutnya. Yang jelas, semuanya itu proses belajar. Jika hari ini kita salah dalam memperlakukan murid, maka belajarlah untuk memperbaikinya di lain waktu. Dengan demikian, murid juga akan mencontoh kebiasaan kita, yakni senantiasa belajar untuk menjadi lebih baik.
4. Pandanglah murid itu sebagai manusia yang telah
memiliki potensi masing-masing.
Jangan pandang mereka sebagai gelas kosong yang siap
kita tuangi air sampai penuh, bahkan meluber. Setiap manusia pasti memiliki
potensi, kita tinggal menggali dan mengembangkannya saja. Dengan demikian,
proses belajar akan lebih bermakna dan memperoleh hasil yang maksimal.
5. Jangan pernah merasa diri kita selalu benar dan murid tidak boleh lebih benar dari kita.
Setiap manusia tidak ada yang sempurna. Meskipun kita
guru dan lebih tua dari murid, tetap saja berpeluang untuk salah. Dan murid,
meskipun lebih muda dan mungkin ilmuya belum sebanyak kita, tetap berpeluang
untuk lebih benar dari kita. Kita sama-sama manusia, yang memiliki peluang yang
sama untuk berbuat salah. So, jangan merasa benar sendiri...Mengajar itu
ibadah, jadi.. jangan pernah berputus asa atas berbagai masalah yang kita temui
selama menjalani proses pendidikan ini. Insyaallah, amal baik kita selama
menjadi guru akan membawa kita pada derajat kemuliaan di sisi Nya.
Daftar pustaka
Sarwono,
Sarlito W. 1991. Psikologi Remaja.
Jakarta : Rajawali Press
Umami, Ida.
2010. Perkembangan Peserta Didik . Metro
: UMM
AM, Juhri .
2009. Landasan dan Wawasan Pendidikan. Metro
: Lemit UM Metro Press
0 komentar:
Posting Komentar